Monday, September 10, 2018

Rumah Di Balik Kabut #3




Fajar itu ia luruh bagai embun
Seperti penghujan kemarin, wajah pagi begitu pasi
Namun bisiknya tak jua memecah senyap
Ah, ia memang selalu tak ingin mengusik siapapun

Kunang-kunang itu menyemat rindu di jemari
Bagai gulita, kerlip meninggalkannya
Dalam lindap pula senyumnya terbit
Tapi entah mengapa, rasanya waktu begitu muram..

Meski musim mendung, wahai sebuah nama
Di manapun engkau bernaung melupakannya
Ia tetaplah sejuk, riang berlari di atas teduhmu
Tempatmu tertawa dan memahat jejak dalam raga

Tanpa kau tahu, wahai seluruh do'a
Hangat suara dan gerakmu
Memaksa letihnya kembali terjaga
Menghidupkan nyawa yang harusnya tiada

Dan kau tetaplah rumah kecil di balik kabut
Tak kuasa aksaranya menembus
Pagar-pagar kata, paragraf demi paragraf
Kepada jiwa yang bertahun menyimpan cinta
Walau bukan untuknya..




Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search